Karena kali ini bukan jalan-jalan dalam rangka backpacking, jadi saya tidak akan menulis tentang cerita perjalanan saya, tapi tentang suatu tempat yang kita tidak dapat lepas dari kehidupan sehari-hari kita, yaitu yang disebut dengan Toilet, Water Close (WC), Kamar Kecil, Jamban, Kakus atau sebutan lainya dalam berbagai bahasa yang ada, namun saya kira yang ada sudah mewakili dan teman-teman sudah mengerti benda apa yang saya maksud tersebut.
Toilet menarik untuk saya tuliskan karena dimana-mana pasti ada, dan kita pasti membutuhkannya ketika jalan-jalan ke berbagai tempat. Dan tempat ini pasti kita butuhkan.
Toilet pertama kali yang saya temui dimulai dari Banua sendiri yaitu di bandara Syamsuddin Noor Banjarmasin, dan ternyata di sini saya sempat bingung karena toilet untuk laki-laki lagi dalam perbaikan, dan tampaknya ada saja yang nekad untuk masuk ke dalam toilet wanita. Saya memilih untuk menahan sebentar untuk terlebih dahulu check in dan mengincar toilet di lantai dua di ruang tunggu penumpang. Dan akhirnya segala hasrat ini tersalurkan..:-)
Sesampainya di bandara Internasional Juanda di Surabaya saya kembali mencari Toilet lagi, dan disini memang kualitas Internasional toiletnya, ada beberapa orang petugas yang selalu standby untuk membersihkan atau mengeringkan air yang menggenang di sana, serta ada foto dan nama penanggung jawab yang sedang bertugas dan bertanggung jawab dengan kebersihan toilet di sana.
Karena kehabisan tiket kereta untuk ke Jogjakarta saya akan melanjutkan dengan naik Bus, berdasarkan info yang saya peroleh dari internet banyak merekomendasikan Bus Cepat Eka untuk menuju Jogjakarta, dan kebetulan pacar saya pun juga mendapat info dari teman-temannya bahwa Bus Eka memang pilihan yang tepat.
Di Terminal Purbaraya surabaya saya berkesempatan untuk menjajal Toilet yang ada dekat Musholla, ada tulisan selain yang sholat dilarang untuk masuk Musholla dan artinya tempat ini tidak bisa dijadikan tempat istirahat untuk para Backpacker yang kebetulan berada di terminal ini. WC di sini dikenakan tarif sebesar Rp. 1.000 untuk buang air kecil, waktu itu hanya ada satu yang kosong, namun ternyata hanya kamar mandi dan sayapun tetap menunggu di luar, tapi kata penjaganya itu sama saja dan karena saya laki-laki jadi tidak terlalu masalah dimanapun untuk buang air kecil…he..he..
Di dalam bus lagi-lagi kantong kemih saya bocor, dan tak ada toilet dalam bus ini sehingga harus menunggu ketika bus berhenti untuk beristirahat di kota Solo yaitu di rumah makan Duta, dan lagi-lagi di sini harus antri karena rupanya hampir semua penumpang menuju ke tiolet sebebelum mulai memesan makanan. Dan lagi-lagi di sini saya mendapat Tiolet yang kurang normal yaitu dengan kran yang tidak terpasang sehingga air mengalir deras dan memercik ke celana saya.
Kali ini pertama kalinya saya menuju Jogjakarta dengan menggunakan Bus, saya tidak tahu di mana bus ini akan singgah. Dan saya mengincar terminal yang ada shelter Bus Trans Jogjanya. Ya, karena ini transportasi yang paling mudah di kota ini menurut saya. Kebocoran kantong kemih kembali melanda saya sehingga saya tidak sabar untuk sampai di terminal, ketika melalui terminal Prambanan saya menyesal tidak turun di sana dan karena saya ingat bahwa di bandara ada shelter Bus Trans Jogja sehingga saya memutuskan untuk turun di Bandara, walaupun harus berjalan kerena busnya hanya berhenti di depan Bandara. Pastinya tujuan utama untuk mampir di bandara Adi Sucipto Jogjakarta ini adalah untuk buang air kecil jadi saya langsung mencari toilet. Akhirnya ketemu toilet di terminal kedatangan, di sini toiletnya memang bagus, bahkan di samping tissu toilet ada tulisan “Pergunakan dengan bijak” serta penjelasan tentang bagaimana kertas di buat dari pohon. Semacam kampanye untuk penyelamatan lingkunga, dan ini seharusnya di pasang di setiap tempat yang ada pemakaian kertasnya.
Untungnya dalam perjalanan kembali ke kota Surabaya saya berhasil mendapatkan tiket Kereta Api setelah antrian yang panjang, seat yang tersisa hanya 14 kursi lagi untuk kelas bisnis, sambil menunggu giliran di panggil saya terus berdoa semuga yang makan sebelum saya tidak ada yang memesan dengan tujuan kota Surabaya.
Di setiap gerbong di kereta memang ada toiletnya, untungnya di kelas Bisnis tak sebau dan sekotor di kelas Ekonomi sehingga cukup nyaman bagi yang ingin berlama-lama di sini,he..he..namun harap pergunakan toilet ini ketika kereta sedang jalan. Dan jangan lupa pintunya di kunci, kali aja ada yang tiba-tiba masuk.
Kemudian di Bandara Juanda ketika sebelum puang saya sempatkan lagi untuk menjenguk toiletnya, di sini saya bertemu dengan orang Papua yang lagi cuci muka, katanya habis ketiduran karena menunggu pesawat, dan ketika saya tanyakan berapa harga tiket ke sana dia jawab Rp. 4.100.000, wow…harga yang fantastis, pantaslah kalau Papua adalah profinsi termahal di Indonesia.
Ternyata ada sedikit trouble dengan pesawanta sehingga penerbangan menuju Banjarmasin agak terlambat sehingga penyakit kembali kambuh,he..he..dan totalnya ada tiga toilet di lokaso yang berbeda yang saya pakai di Bandara Internasional ini.
Karena penasaran dengan bagaimana toilet di pesawat walau tidak begitu ingin buang air namun saya tetap menuju toilet di pesawat, dan ternyata dari sekian banyak toilet yang sudah saya masuki ini yang termodern, fasilitasnya lengkap sampai tempat sampai yang tidak kelihatan, bahkan saking canggihnya lampu di salam toilet otomatis terbuka ketika pintu dikunci.
Itulah sekitar tentang pengalaman saya dengan toilet dalam perjalanan singkat ini, namun kali ini saya tidak ada fotonya karena nanti ada yang marah ketika saya foto di dalam toilet, disangka untuk tujuan pornografi..he..he..Sampai jumpa di Toilet-toilet yang selanjutnya.
0 komentar:
Posting Komentar