Tourism Alternative

Malioboro, Salah Satu Icon Jogjakarta

https://tourismalternative.blogspot.com/2011/08/malioboro-salah-satu-icon-jogjakarta.html

Tujuan pertama saya ketika datang ke Jogjakarta selalu jalan Malioboro, karena tempat ini  mudah dijangkau dengan segala macam transportasi, ketika datang dengan kereta dan turun di stasiun Tugu cuma perlu berjalan kaki beberapa langkah maka sudah sampai kawasan Malioboro, bagi  yang datang naik pesawat, tanpa harus mengelurkan uang yang banyak tinggal naik Bus Trans Jogja dan langsung turun di halte Jl. Malioboro, Begitu juga dengan para Pencinta BUS, di beberapa terminal seperti terminal Jombor, terminal Giwangan, Terminal Prambanan dan Terminal Condong Catur sudah tersedia juga Halte bus Trans Jogja, dan kalau masih belum hapal trayeknya silahkan kepada petugasnya maka akan diberitahu naik bus nomor berapa dan turun di mana.
Suasana di Jalan Malioboro
Selain transportasi yang mudah, ada banyak pilihan tempat untuk menginap dari hotel berbintang sampai penginapan yang cocok untuk kantong para backpacker, salah satu yang terkenal sampai ke mancanegara sebagai pusat para backpacker adalah Jalan Sosrowijayan, ketika melihat kita datang dengan tas pasti ada yang menawarkan tempat untung menginap sesuai dengan pilihan rate harga yang kita inginkan, namun jangan lupa untuk melihat-lihat dulu isi hotelnya apakah cocok dengan selera, saya pernah menginap di salah satu hotel yang harus masuk-masuk gang dengan harga Rp. 80.000 untuk dua orang selama satu hari, namun kamarnya sempit walau dengan kamar mandi dan kipas angin di dalam, besok harinya saya hunting lagi penginapan yang lebih nyaman dan pilihan saya jatuh pada Hotel Puri di jalan Sosrokusuman di samping Malioboro Mall dengan harga Rp. 60.000 untuk Double Bed tapi kayaknya bisa sampai 3 orang dan Rp. 40.000 untuk yang Single bed, suasana hotel cukup nyaman walau dengan kamar mandi luar, untuk yang ingin menonton TV bisa dengan menambahkan uang Rp. 15.000. Walaupun resepsionisnya keliatan jarang senyum namun ternyata rame juga ketika diajak ngobrol..hee
Narsis dulu deh..:-)
Untuk urusan makanpun di Jl. Malioboro ada berbagai macam pilihan, favorit saya di pagi hari adalah Gudeg jogja, makanan khas kota ini banyak di jual di sepanjang jalan Maliobro oleh ibu-ibu dengan kebaya tradisional, dengan harga sekitar Rp. 6.000 perut sudah kenyang, kalau bosan dengan Gudeg ada juga pilihan seperti bubur ayam serta nasi campur yang di jual di depan Malioboro Mall. Dan tak lupa juga nasi kucing yang dijual di atas gerobak oleh bapak-bapak menjadi salah satu pilihan saya, porsinya cocok bagi yang sedang diet dan yang pastinya harganya yang bersahabat, dengan Rp. 3.000 sudah dapat nasi, tahu bacem dan sate.
Di malam hari tempat ini menjadi semacam wisata kuliner dengan adanya tenda-tenda lesehan kaki lima yang menjual berbagai macam makanan, dari soto ayam, lalapan burung, ayam dan sea food serta Gudeng tak ketinngalan. Namun harganya yang agak mahal membuat backpacker yang kekurangan dana seperti saya harus berpikir berkali-kali untuk makan di sana, untuk dua buah Gudeg Komplit dengan telur dan ayam goreng plus jeruk hangat dan es teh harus dibayar dengn harga Rp. 45.000. Huh, bisa untuk makan beberapa hari di angkringan dengan porsi yang lebih banyak.
Penjual Gudeg di pagi hari
Nasi Gudeg Jogja
Bagi penggemar belanja mungkin Malioboro tempat yang tepat untuk menghabiskan waktu, dengan berjalan kaki menyusuri koridor sepanjang ada banyak pedangang yang menggelar dagangannya seperti kaos-kaos, batik, tas, aksesoris, hasil kerajinan bahkan  barang-barang yang bukan khas jogja ada di sini. Namun kelihaian menawar mutlak diperlukan disini karena harga yang ditawarkan kepada para wisatawan seringkali lebih mahal sampai 50% bahkan lebih. Jangan takut kepanasan ataupun kehujanan karena di sini mereka berjualannya di tempat yang terlindung di depan ruko yang berjejer di sepanjang jalan Malioboro.
Ruko di jalan Malioboro
Selain berbelanja di sepanjang Jalan malioboro ada juga tempat yang lebih lengkap yaitu di Pasar Beringharjo. Pusatnya batik di pasar Beringharjo, dari batik Jogja sampai batik Solo juga ada di sini. Atau bahkan bebagai macam tirai serta seprai unik juga di jual disini. Dengan moto “Pasar tradisional pun bisa bersih”, ya, pasar ini memang pasar tradisional namun jauh jadi kesan kumuh dan kotor seperti pasat tradisional di Indonesia pada umumnya. Puas berbelanja, anda dapat istirahat sambil menikmati berbagai macam jajanan yang banyak di jual di depan Pasar Beringharjo.
Ada banyak objek menarik lain yang bisa di explore di sekitar Jalan Malioboro, seperti musium vredeburg, bangunan bersejarah yang kini dipakai jadi Kantor Pos dan BNI, Monumen serangan umum 1 maret beserta replika nasi bungkus di depannya yang sering dijadikan sebagai tempat untuk berfoto, ke arah utara ada tugu Jogja yang juga sebagai salah sati iconnya kota ini.
Replika Nasi Bungkus
Suasana di pasar Beringharjo
Monumen peringatan 1umum 1 Maret
Salah satu diorama di Musium Vredeburg
Menurut Yogyes sejarah Malioboro sebagai berikut: Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak Gunung Merapi, jalan ini terbentuk menjadi suatu lokalitas perdagangan setelah Sri Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun, tempat itu masih bertahan sebagai suatu kawasan perdagangan bahkan menjadi salah satu ikon Yogyakarta yang dikenal dengan Malioboro.
Terletak sekitar 800 meter dari Kraton Yogyakarta, tempat ini dulunya dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Malioboro yang dalam bahasa sansekerta berarti "karangan bunga" menjadi dasar penamaan jalan tersebut.
Diapit pertokoan, perkantoran, rumah makan, hotel berbintang dan bangunan bersejarah, jalan yang dulunya sempat menjadi basis perjuangan saat agresi militer Belanda ke-2 pada tahun 1948 juga pernah menjadi lahan pengembaraan para seniman yang tergabung dalam komunitas Persada Studi Klub (PSK) pimpinan seniman Umbul Landu Paranggi semenjak tahun 1970-an hingga sekitar tahun 1990. 
Tinggal siapkan tenaga untuk jalan kaki mengexplore sekitar tampat ini, sebenarnya ada banyak becak yang slalu siap mengantarkan kemanapun tujuan anda, namun dengan berjalan kaki kita akan mendapat lebih banyak pengalaman karena lebih banyak yang dilihat.

0 komentar:

Posting Komentar

Support by: Informasi Gadget Terbaru - Dewa Chord Gitar | Lirik Lagu - Kebyar Info
Copyright © 2014 Tourism Alternative Design by SHUKAKU4RT - All Rights Reserved