Namun untuk menyaksikan Pasar Terapung anda harus rela bangun pagi-pagi buta, karena kalau kesiangan maka pasarnya akan sepi karena para penjualnya udah pada pulang. Di sana anda akan disuguhi bagaimana rasanya tak ada daratan, melakukan aktifitas semuanya di atas air, belanja barang2 harus cekatan dari jukung ke jukung (Sampan) dan bagaimana makan pun sambil bergoyang di atas perahu karena gelombang, jangan khawatir bagi anda yang belum sempat sarapan dirumah karena banyak penjaja kua maupun nasi bak restoran di atas air di sini. namun sangat disayangkan objek wisata ini kian hari kian berkurang karena semakin terdesak oleh budaya darat yang semakin dimudahkan, tanpa adanya tindak lanjut dari pemerintah mungkin beberapa tahun kedepan pasar terapung ini akan tinggal kenangan.
Setelah mengunjungi pasar terapung anda bisa melanjutkan perjalanan menuju pulau kembang tergantung bagaimana perjanjian dengan pemilik kelotok, perjalanan menuju Pulau kembang kurang lebih setengah jam menyusuri sungai barito, sesampainya di sana begitu menginjakan kaki ke dermaga anda akan langsung disambut oleh monyet yang sangat banyak, pulau ini juga dinamakan pulau monyet karena penghuni tetap pulau ini hanyalah monyet-monyet yang jumlahnya ratusan ekor.
Pulau Kembang adalah sebuah delta seluas 60 Ha yang terletak di tengah sungai Barito dan merupakan habitat kera ekor panjang (monyet) dan beberapa jenis burung. Pada tahun 1976, pulau ini ditetapkan sebagai hutan wisata berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 788/Kptsum12/1976.
Menurut cerita, pulau Kembang berasal dari kapal Inggris yang dihancurkan oleh orang Biaju pada tahun 1750-an atas perintah sultan Banjar. Puing-puing bekas kapal tersebut lambat laun ditumbuhi pepohonan dan berubah menjadi sebuah pulau yang kemudian didiami sekelompok kera. Orang-orang desa yang berada di sekitar pulau baru ini menganggap bahwa kera-kera tersebut merupakan penjelmaan orang halus yang memakai sarungan kera. Kelompok kera tersebut dipimpin oleh seekor kera yang sangat besar bernama si Anggur.
Untuk memasuki objek wisata ini kita cukup membayar tiket masuk sebesar Rp. 5000 dan bisa jalan-jalan sepuasnya. Pemerintah telah membangun fasilitas bagi pengunjung seperti tempat beristirahat dan juga patung berbagai macam binatang seperti Harimau, Buaya, Jerapah, dll. Banyak penduduk yang menawarkan kacang untuk dibagikan kepada para monyet bagi yang ingin memberi makan mereka, karena monyet-monyet disini sangat jinak mereka tidak sungkan-sungkan untuk naik ke atas pundak atau kepala kita.
Di sini kita berkeliling pulau sambil melihat-lihat pemandangan pepohonan yang tumbuh di atas rawa dengan monyet di atasnya, menyusuri jembatan yang telah dibangun merupakan tempat yang pas untuk Foto-foto bagi mareka yang narsis, namun hati-hati kamera bisa melayang direbut oleh monyet, jadi disarankan sebelum memasuki tempat ini barang-barang seperti HP, Camera, Botol minuman dan tas agar diamankan terlebih dahulu, walau pun ada para Guide yang membantu kita untuk mengusir monyet tersebut. Namun bagi saya para guide disini "maksa" karena seperti pengalaman saya masa hanya 4 orang harus ditemani oleh 2 orang guide, mereka mngikuti kita tanpa diminta namun di akhir mereka pasti menagih uang. Mudah-mudahan kedepannya pengelolaan bisa lebih profesional sehingga pengunjung merasa lebih aman dan nyaman untuk berkunjung ke pulau ini.
Setelah mengunjungi pasar terapung anda bisa melanjutkan perjalanan menuju pulau kembang tergantung bagaimana perjanjian dengan pemilik kelotok, perjalanan menuju Pulau kembang kurang lebih setengah jam menyusuri sungai barito, sesampainya di sana begitu menginjakan kaki ke dermaga anda akan langsung disambut oleh monyet yang sangat banyak, pulau ini juga dinamakan pulau monyet karena penghuni tetap pulau ini hanyalah monyet-monyet yang jumlahnya ratusan ekor.
Pulau Kembang adalah sebuah delta seluas 60 Ha yang terletak di tengah sungai Barito dan merupakan habitat kera ekor panjang (monyet) dan beberapa jenis burung. Pada tahun 1976, pulau ini ditetapkan sebagai hutan wisata berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 788/Kptsum12/1976.
Menurut cerita, pulau Kembang berasal dari kapal Inggris yang dihancurkan oleh orang Biaju pada tahun 1750-an atas perintah sultan Banjar. Puing-puing bekas kapal tersebut lambat laun ditumbuhi pepohonan dan berubah menjadi sebuah pulau yang kemudian didiami sekelompok kera. Orang-orang desa yang berada di sekitar pulau baru ini menganggap bahwa kera-kera tersebut merupakan penjelmaan orang halus yang memakai sarungan kera. Kelompok kera tersebut dipimpin oleh seekor kera yang sangat besar bernama si Anggur.
Untuk memasuki objek wisata ini kita cukup membayar tiket masuk sebesar Rp. 5000 dan bisa jalan-jalan sepuasnya. Pemerintah telah membangun fasilitas bagi pengunjung seperti tempat beristirahat dan juga patung berbagai macam binatang seperti Harimau, Buaya, Jerapah, dll. Banyak penduduk yang menawarkan kacang untuk dibagikan kepada para monyet bagi yang ingin memberi makan mereka, karena monyet-monyet disini sangat jinak mereka tidak sungkan-sungkan untuk naik ke atas pundak atau kepala kita.
Di sini kita berkeliling pulau sambil melihat-lihat pemandangan pepohonan yang tumbuh di atas rawa dengan monyet di atasnya, menyusuri jembatan yang telah dibangun merupakan tempat yang pas untuk Foto-foto bagi mareka yang narsis, namun hati-hati kamera bisa melayang direbut oleh monyet, jadi disarankan sebelum memasuki tempat ini barang-barang seperti HP, Camera, Botol minuman dan tas agar diamankan terlebih dahulu, walau pun ada para Guide yang membantu kita untuk mengusir monyet tersebut. Namun bagi saya para guide disini "maksa" karena seperti pengalaman saya masa hanya 4 orang harus ditemani oleh 2 orang guide, mereka mngikuti kita tanpa diminta namun di akhir mereka pasti menagih uang. Mudah-mudahan kedepannya pengelolaan bisa lebih profesional sehingga pengunjung merasa lebih aman dan nyaman untuk berkunjung ke pulau ini.
0 komentar:
Posting Komentar