Tourism Alternative

HIKING TO LEMBAH KAHUNG (Unfinished [yet] Story)

https://tourismalternative.blogspot.com/2010/10/hiking-to-lembah-kahung-unfinished-yet.html

Mungkin teman-teman bertanya kenapa judul di atas harus ada tulisan unfinished [yet] story segala, setelah membaca posting ini semua akan terjawab...so, keep reading ya...

Rencana hiking yang didapat dari teman-teman di fb akhirnya sampai juga,barangkat dari Tahura Mandiangin dan sambil menunggu teman-teman dari banjarmasin saya mampir di warung nasi kecil di depan pintu gerbang masuk ke mandiangin, untungnya nasi masih ada jadi saya sempat sarapan dan yang membuat saya terkejut adalah harganya yang asangat murah, harga segelas teh panas Cuma Rp. 300, di banjarmasin mana ada harga segitu.

Tak lama kemudian teman-yang yang di tunggu sudah datang maka langsung saja berangkat menuju riam kanan, di sepanjang perjalanan kami disungguhi rute pegunungan yang bekelok-kelok dengan pemandangan pegunugan di sekitarnya, namun jalan yang rusak mambuat harus ekstra hati-hati kalau tidak ingin celaka.

Sesampainya di desa Aranio tempat terakhir perjalanan darat, dan dari sana kita harus melanjutkan perjalanan dengan naik kapal, sambil menunggu mencari kapal teman teman yang belum sempat sarapan mampir di warung dulu untuk makan, akhirnya dapat juga tumpangan kelotok dengan harga sewa Rp. 300.000 untuk pulang pergi.

Perjalanan menuju desa Belangian dengan kelotok memakan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan, namun jangan khawatir di sepanjang perjalanan kita akan disungguhi pemandangan yang indah, dari berjejernya tambak ikan dan rumah terapung sampai pegunungan di kejauhan, hal ini merupakan tempat yang pas bagi teman-teman photografer untuk hunting foto, saya pun ikut juga foto-foto dengan kamera yang seadanya (masih nabung buat beli camera DSLR...he..).Sesampainya di desa Belangian kita disambut oleh dermaga dan papan nama desa yang oleh teman- teman di plesetkan karena adanya suatu benda yang tersangkut diatasanya. Bahkan ada juga kompresor yang kita tidak tau untuk apa kerena tidak mungkin untuk tambal Ban karena tdak ada motor di sana. Sebelum memasuki desa kita melalui jembatan seperti di pulau kembang namun dengan pepohonan yang indah, dan yang namanya fotografer kesempatan itu pasti tidak dilewatkan oleh teman-teman. Ketika ingin menemui ketua RT ternyata tidak ada orangnya, begitu juga denga kepala desa, katanya mereka pergi berladang ke hutan mungkin semua laki-laki disana juga begitu karena ketika kami baru datang ke sana saya tidak melihat seorangpun laki-laki di sana.

Setelah bertanya-tanya kepada ibu-ibu disana kita pun melanjutkan perjalanan, sesuai petunjuk ibu tadi setelah jembatan kita harus mengambil jalan ke kiri, walaupun agak teman-teman agak bingung jembatan mana yang dimaksud namun berkat bantuan papan penunjuk jalan kita dapat menemukan jalan yang benar.

Trekking melalui jalan setapak pun dimulai, di sepanjang jalan melewati kebun penduduk dan semak belukan kadang-ada jalan bercabang yang ternyata ujungnya ketemu lagi jadi tenang saja di jalur menuju shelter I ini tidak akan tersesat asal mengikuti jalur yang ada. Di jalur ini lumayan panas karena tidak ada pohon-pohon besar, mungkin hutan ini dulunya sempat terbakar karena saya lihat banyak bekas pohon-pohong besar yang habis di makan api.

Setelah berjalan selama kurang lebih setengah jam akhirnya kita sampai kepada shelter I dimana untuk meneruskan perjalanan harus menyeberangi sungai yang cukup luas namun hanya setinggi pinggang sehingga aman untuk disebrangi dengan berjalan kaki, dan hanya itulah satu-satunya cara untuk menyebranginya, padahal menurut penduduk dilunya di situ ada rakit yang bisa dipergunakan untuk menyembrang namun sudah hanyut terbawa arus air bah beberapa bulan yang lalu. Kebetulan waktu kita disana ada penduduk yang bersama kerbaunya sedang menyebrang sungai juga dengan kayu di atas punggung kerbau tersebut.

Begitu sampai di sebrang jalur langsung mendaki sedikit, dan di jalur ini pemandangan mulai berbeda dan mulai berasa suasana pegunungannya, di sebelah kiri nan jauh di atas bukit terlihat pondok peristirahatan untuk penduduk yang berladang di sana bahkan terlihan ada juga yang sedang bekerja. Setelah itu kita bertemu dengan padang ilalang yang menghijau dan untungnya langi sedang cerah sehingga kontas warna hijau dan biru sangat jelas terlihat, di sini teman-teman langsung beraksi dengan cameranya masing-masing, bahkan ada hasil foto teman saya yang seperti wallpaper windows (katanya...he..). Trekking kembali dilanjutkan memasuki kebun penduduk dan menyebrangi beberapa sungai kecil yang airnya sangat dingin, di salah satu sungai kita sempatkan untuk beristiahat sejenak untuk melepas lelah sambil foto-foto.


























Ketika hampir memasuki shelter 2 kita memasuki darah perkebunan yang berisi lombok serta beberapa macam tanaman lain, namun kebun ini tampaknya tidah diperhatikan lagi oleh pemiliknya sehingga buahnya masak di pohon dan tidak ada yang memanennya. Tak lama kemudian jalur mulai naik turun, setelah melalui beberapa bukit mulai terlihat shelter 2 di kejauhan dan membuat kami makin bersemangat untuk meneruskan perjalanan. Sesampainya di shelter 2 kita sepakat untuk melanjutkan perjalanan karena masih penasaran sambil melihat waktu kita masih banyak yaitu baru sekitar pukul 12 siang, jalur setelah shelter 2 bisa di bilang cukup sulit karena harus naik turun bakit dan tak lama ada papan yang bertuliskan hutan lindung Kahung, yang artinya kita mulai memasuki hutan kahung dan dari sini mulai terasa nuansa hutannya, hari yang mulai tak bersahabat tidak menyurutkan niat kami untuk meneruskan perjalanan, di sepanjang jalan banyak batu-batu besar dan juga pohon-pohon besar, di sebelah kanan terdengar suara derasnya aliran sungai yang menurut teman saya yang pernah ke Loksado di sini lebih bagus aliran sungainya. Ditengah asiknya menikmati suasana hutan tiba-tiba ada teman yang berteriak ternyata ada lintah di kakinya, saya pun memeriksa ke kaki saya ternyata sudah ada lintah juga yang sedang berpesta, begitu juga dengan teman-teman yang lain, untungnya ada yang yang sudah siap membawa garam dari rumah sehingga bisa digunakan untuk mengusir lintah yang menempel di kaki.










Akhinya kita memutuskan kembali ke shelter 2 untuk beristirahat dan cukup manikmati pemandangan di sana, insiden lintah membuat teman wanita menjadi jijik di samping juga hujan yang makin lebat. Sesampainya di sana kami langsung membuka bekal yang ada sambil membuang lintah yang

masih ada menempel di kaki. Di shelter terdiri dua lantai yang di desain untuk beristihat maupun menginap sebelum melanjutkan perjalanan berikutnya, namun coretan-coretan di dinding dan tiang oleh oknum yang tidak betanggung jawab mengurangi kebersihan dan keindahan peristirahatan ini, shekter ini tenyata dekat dengan sungai yang cukup luar di hiasi dengan bebatuan besar dan kecil mirip di pulau Belitung yang menggoda kami untuk mandi di sana, walau gerimis kita tetap manikmatinya sambil beberapa teman asik memoto di sana, ternyata ketika sedang asik mandi di sela-sela kaki teman saya masih ada lintah yang sudah gemuk menghisap daranya. Langsung saja dia teriak minta diambilkan garam untuk membuangnya.

Setelah cukup beristirahat sekitar pukul 2 siang kita siap-siap untuk pulang karena perjalan sekitar 2 jam untuk pulang kembali menanti kita, di sepanjang titikan air hujan selalu menemani kita sehingga ponco menjadi sangat berguna bagi kita, untungnya yang saya takutkan tidak terjadi yaitu debit air sungai meninggi sehingga tidak bisa untuk disebrangi. Sesampainya di kampung kita menunggu teman-teman yang agak tertinggal di belakang karena dalam perjalanan pulang kita terpisah teman-teman yang agak cepat jalannya maka cepat juga sampainya, atau mungkin menjadi lebih cepat karena mereka berlari habis ketemu babi hutang yang gede dengan taringnya. Sambil menunggu kita ngobrol-ngobrol dengan bapak yang ada di sana, menuruk beliau untuk menuju Air terjun masi ada dua shelter lagi yang harus kami lalui dengan rute hutan berlintah, keluar hutan ini ada shelter 3 dan kembali masuk hutan berlintah lagi (dengan tingkat lintah dan kesulitan yang berbeda) barulah sampai di air terjunnya. Jadi sangat tidak mungkin untuk sampai disana dengan one day trekking seperti yang kami lalukan sekarang, belia juga memberi tahu tehnik untuk mengahadapi lintah-lintah yaitu dengan cara mengoleskan sabun colek di sekitar kaki maupun celana dan sepatu.

Setelah yang ditunggu datang kita langsung bersama-sama menuju kapal yang setia menunggu kami, di perjalanan pulang kami hanya di dalam kapal karena masih kedinginan. Sesampainya di desa aranio kami makan-makan dulu di warung barulah melanjutkan perjalanan pulang ke banjarmasin dengan motor.

Mudah-mudahan suatu saat bisa kembali untuk menuntaskan perjalanan sampai ke air terjun, karena bukan hanya saya, tapi teman-teman yang lain juga masih penasan. Lembah kahung I’ll be back....(Mohon maaaf kalau ada salah cerita).

Untuk melihatt foto-foto yang lain bisa di klik DI SINI

0 komentar:

Posting Komentar

Support by: Informasi Gadget Terbaru - Dewa Chord Gitar | Lirik Lagu - Kebyar Info
Copyright © 2014 Tourism Alternative Design by SHUKAKU4RT - All Rights Reserved