Selamat pagi kaka..
Perkenalkan namaku Varanus komodoensi, dulu anak-anak jaman 80-90an sering menyebutku sebagai penyebab kemacetan di Jakarta, padahal aku belum pernah sama sekali ke ibu kota negara tempatku tinggal tersebut. Jangan untuk ke Jakarta, untuk keluar pulau saja aku tidak bisa, tak ada kapal yang mau mengangkutku.
Kalian bisa panggil aku Komodo, namun ada juga yang memberi julukan sebagai “Dinosaurus terakhir dimuka bumi”. Tidak berlebihan memang, nenek moyangku yang ditemukan di seberang lautan sana, telah punah sejak 50.000 tahun silam.
Dermaga Loh Buaya, Pulau Rinca |
Sejak ditemukan oleh orang-orang yang menjajah negeri kita pada tahun 1910 aku semakin dikenal, walaupun jumlah kami semakin sedikit. Pada tahun 2009 saja, kami hanya berjumlah sekitar 2500 ekor. Entah sekarang, aku belum bisa megumpulkan semua kawan-kawanku untuk berkumpul dan menyuruh mereka berhitung satu-persatu.
Walaupun ibuku bisa melahirkan tanpa perlu digauli oleh laki-laki, namun biasanya pada sekitar bulan Juli sampai September adalah musim bagi kami untuk kawin dan mencari jodoh, tak ada lagi yang harus galau karena jomblo menahun, semuanya tebar pesona kepada lawan jenis yang dihendakinya.
Para betina yang telah berhasil bertelur menyembunyikan telur-telurnya di dalam lobang di atas tanah, biasanya mereka juga membuat beberapa lobang sebagai kamuflase untuk menipu para pemangsa telur mereka. Kurang lebih sama seperti manusia, aku akan mulai melihat dunia dan keluar dari cangkang telur yang telah melindungiku setelah delapan sampai sembilan bulan.
Inilah aku, Varanus Komodoensi |
Namun tahukah kalian, aku adalah mahluk karnivora yang juga memakan bangsaku sendiri, kalian meyebutkan Kanibal. Apabila tak ada makanan lagi aku sering mencuri telur dan memakannya, bahkan apabila ada saudaraku yang mati, kamipun berebut untuk menyantapnya sebagai makan siang kami. Itulah yang membuat perkembang-biakan kami lambat, bahkan stagnan dan berkurang dari tahun ketahun.
Pasti kalian sering melihat fotoku dengan mulut yang terbuka dan memamerkan gigi yang setajam silet kan? nah kalian juga melihat air liur yang menetes beku dari mulutku tersebut, bukannya aku jorok, namun itu adalah salah satu senjata mematikan untuk mencari mangsa.
Racun dalam air liur tersebut mampu untuk melumpuhkan seekor kerbau yang sering menjadi santapanku. Walaupun ia berhasil lolos dari gigitanku namun ia tak kan mampu untuk bertahan dengan lama, racun tersebut bisa dengan cepat menurunkan tekanan darah, mempercepat hilangnya darah, dan membuat dia menjadi syok hingga tak berdaya untuk melawan.
Jangan Menggangguku |
Dengan penciumanku yang tajam, aku bisa mencuim adanya makanan dari jarak hingga 9,5 kilomoter, jadi jangan heran kalau kalian melihat ada bangkai mangsaku maka teman-temanku pasti berdatangan untuk ikut mencicipanya pula.
Walaupun aku kelihatannya hewan yang pendiam, namun jangan kalian coba-coba untuk menggangguku, dengan panjangku yang mencapai 3 meter dan berat hingga 90 kilogram aku masih bisa berlari hingga kecepatan 20 Km per jam. Aku juga bisa berenang dan menyelam hingga kedalaman 4,5 meter, dan jangan lupa, aku juga seorang pemanjat pohon yang handal dengan cakarku yang tajam ,sewaktu masih kecil aku hidup diatas pohon untuk menghindari kakak-kakaku yang kadang nakal.
Sudut Pulau Komodo |
Aku bersama teman-temanku tinggal di beberapa pulau kecil yang gersang, namun memiki keindahan bawah laut yang mampu untuk menghipnotis para diver yang telah berkunjung ketempatku. Di area seluas 1.817 kilometer persegi yang hanya mempunyai 603 kilometer daratan inilah kami berkembang biak. Wilayah tempat tinggalku ini telah dijadikan sebagai Taman Nasional sejak tahun tahun 1980 untuk melindungi aku dan teman-temanku dari kepunahan, bahkan sebuah badan internasional yang bernama UNESCO juga mengakuinya sebagai Situs Warisan Dunia dan Cagar Biosfer Dunia karena keragaman flora dan fauna yang ada di daerah kami.
Di pulau-pulau kecil seperti Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Padar, Gili Motang dan lain-lain, kalian akan menemui pantai-pantai yang indah. Yang paling terkenal adalah sebuah pantai yang memiliki keunikan dengan pasir di pantainya yang berwarna merah, orang-orang lebih suka menyebutnya dengan pantai pink. Namun kalian harus berhati-hati ketika berjemur dan bermain-main di pantai, bisa saja ada aku atau temanku yang juga sedang berjemur sambil berburu mangsa.
Cobalah untuk bersnokeling di depan Pantai Pink, kalian akan melihat karang-karang yang berwarna warni, dari yang berbentuk seperti kipas sampai yang berbentuk seperti mahkota yang biasa menghiasai kepala raja-raja dalam bangsa kalian, diantaranya berseliweran ikan-ikan cantik yang dengan senang hati melenggak-lenggokan badanya untuk menghibur kalian. Namun aku sarankan untuk tidak jauh-jauh dari teman kalian dan terlalu ketengah saat bersnorkeling disini, arusnya sangat kuat.
Perairan Pantai Pink |
Atau bagi kalian yang sudah mempunyai sertifikat selam, silahkan melihat-lihat dan menikmati beberapa titik selam yang sudah terkenal akan keindahan biota lautnya seperti Tatawa besar (Timur), Tatawa kechil, Batu Bolong, Batu Samsia, Batu Tiga, Pantai Mera, Pulau Damar dan puluhan spot lainnya. Kalau kalian beruntung kalian juga bisa bertemu dengan pari manta, mahluk laut yang berbentuk seperti layang-layang raksasa ini tidak akan menganggu kalian, dia hanya makan makhluk-makhluk kacil seperti Plankton yang selalu menggangu tuan Crab untuk mencuri formula rahasia kelezatan Krabby Petty.
Sejak dinobatkannya tempat tinggalku sebagai salah satu New 7 Wonders atau 7 keajaiban dunia yang baru, semakin banyak wisatawan yang datang berkunjung. Mudah-mudahan kunjungan tersebut juga memberi manfaat bagi masyarakat yang tinggal di sekitarku, bisa meningkatkan taraf kesejahteraan mereka.
Harapanku dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakah sekitar, mereka juga makin sadar akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Agar dengan jumlah kami yang sedikit, kami tidak semakin berkurang hingga akhirnya musnah dari muka bumi akibat terdesak oleh manusia dan pembangunan yang semakin meraja-lela.
Begitu juga dengan wisatawan yang datang ketempatku, aku berharap mereka juga bisa bertanggung jawab dan menjaga ekosistem sekitar ketika menikmati keindahan yang alam kami sajikan. Tidak seperti daerah wisata di Indonesia lainya, dimana semakin terkenal dan banyak wisatawan yang datang alamnya semakin rusak, manusianya semakin rakus.
Salam dari Timur.
Note:
- - Catatan perjalanan ke Pulau Komodo bisa dibaca disini, atau download ebooknya (Flores dan Komodo)
- - Tulisan ini diikutkan dalam lomba #Terios7Wonders yang diadakan oleh Daihatsu dan BlogDetik
0 komentar:
Posting Komentar