Tourism Alternative

Gili Nanggu, the Sweet Escape

https://tourismalternative.blogspot.com/2013/04/gili-nanggu-sweet-escape.html

Happy Birthdaaayyyy….hadiahnya jalan-jalan aja yah, pilih aja mau ke mana…”
*******
Sudah terlalu mainstream dengan barang-barang sebagai hadiah ulang tahun, akhirnya saya menawarkan jalan-jalan kepada travelmate sekaligus soulmate saya sebagai hadiah ulang tahunnya kali ini. Untunglah dia tidak minta jalannya ke Raja Ampat, kalau tidak, mungkin gak bisa nabung buat nikah J.
Pulau Lombok menjadi tujuan kita kali ini, setelah browsing-browsingdi internet akhirnya saya menemukan yang namanya Gili Nanggu, sebuah pulau kecil di Lombok Barat. Namun ketika saya telusuri lebih jauh tidak begitu banyak informasi yang bisa saya dapatkan tentang pulau ini, bahkan di website-nya yang tampak tidak diupdate juga tak terlalu banyak informasi.
Transportasi juga menjadi salah satu masalah untuk menuju pulau ini, kebanyakan blog yang saya baca mereka datang dengan mobil atau motor sewaan, tak ada yang naik angkutan umum. Bisa saja saya naik Engkel sampai Lembar dan kemudian berspekulasi dari sana kita bisa mendapatkan angkutan lain, namun saya tak mau mengambil resiko karena ini bukan perjalanan backpacking, selain itu juga kata pacar saya “Masa hadiah ulang tahun kok capek-capek?”
Setelah berbagai pertimbangan akhirnya kita memutuskan untuk menyewa motor, bermodalkan GPS di handphone kita menuju Sekotong sebagai tempat untuk menyeberang menuju Gili Nanggu. Berdasarkan info dari Mas Duta, dedengkotnya Lombok Backpacker, kita mendapatkan kenalan perahu yang lebih murah menuju Gili Nanggu.
Medang, itu nama satu desa sebelum Tawun yang akan kita tuju. Sempat terlewat karena miskomunikasi akhirnya kita menemukan jalan menuju kesana, kata kuncinya cukup dengan menanyakan arah ke “Goa Belanda” yang sebelumnya saya kira Golanda, pantas saja tidak ada masyarakat yang tahu ketika saya bertanya kemana arah menuju Golanda.
Masuk di sebuah jalan kecil di sebuah tikungan kita terus menyusuri jalan setapak yang lumayan rusak menuju rumah Pak Sahar, untungnya masyarakat yang ditanya semua kenal dengan beliau. Ternyata rumahnya paling ujung di dekat pantai dan dikelilingi oleh tambak ikan. Nah, dari sini tampaknya kita bisa berenang menuju Gili Sudak saking dekatnya.
Ada tiga pulau yang berjejer di sini yaitu Gili Sudak yang paling dekat, disebelahnya Gili Tangkong dan Gili Nanggu di paling luar. Di antara ketiga gili ini hanya Gili Nanggu yang mempunyai fasilitas yang lengkap, dari penyewaan alat snorkeling sampai resort. Nah, di resort inilah kita berencana akan menginap.
Sebelumnya sudah saya coba untuk mengontak nomor telpon resortini, namun tidak pernah ada yang mengangkat. Dan setibanya di resepsionis harganya memang berbeda dari yang saya dapat di internet, untuk kamar yang menghadap pantai permalamnya Rp. 450.000, itupun hanya tersisa satu karena sudah dipesan dan kebanyakannya sedang di renovasi. Karena tahu kita akan  dua malam akhirnya kita ditawarkan satu kamar AC dengan harga Rp. 350.000, ya sudahlah daripada datang kesini sia-sia akhirnya saya langsung mengiakan hal tersebut.
Ada tiga jenis kamar di Gili Nanggu Resort yang dimiliki oleh orang Mataram ini, standart cottagedan sea view cottage mempunyai bentuk yang sama seperti rumah adat sasak dengan kamar dibagian atas, dibagian bawah biasanya digunakan unttuk menggantung hammocksebagai tempat bersantai. Kedua jenis cottageini hanya berbeda di pemandangan, sea view langsung menghadap laut dan standart cottage menghadap pantai juga namun tertutup oleh rimbunnya pepohonan, dan keduanya tanpa AC.
Sedangkan jenis yang ketiga adalah jenis Bungallow dengan AC yang terletak di bagian belakang pulau, disini sangat cocok untuk yang mencari ketenangan. Hanya satu kamar yang tersedia ketika kami datang ke sana, yang lainnya sedang di renovasi. Info yang saya dapat dari resepsionis harganya akan meningkat tajam setelah diperbaiki, yang asalnya Rp. 350.000 akan menjadi Rp. 600.000.
Pulau ini memang cocok bagi yang lagi bulan madu atau pencari ketenangan, sore harinya kita berkeliling pulau yang ternyata di bagian baratnya berbatu-batu, bentuk batunya yang unik dan bermacam-macam menjadi kelebihan pulau ini, ada yang berbentuk seperti payung dan singasana.
Bergandengan tangan sambil berjalan di tepi pantai, leyeh-leyehdi atas hammock merupakan hal yang bisa dilakukan bersama pasangan di pulau ini. Juga foto-foto di atas pasir putih dan tebing berbatu, namun yang sayangnya jarang ada foto berdua karena tidak ada yang motoin, meletakan camera di atas batu atau pasir dan pasang timer merupakan satu-satunya cara untuk bisa berfoto berdua. Menjelang sunsetkita duduk berduaan sambil memandangi matahari yang perlahan-lahan kembali ke peraduannya sambil membicarakan tentang masa depan. Ah romantisnya.
Ketika di Pulau ini kita akan langsung membaca tulisan “Dilarang membawa makanan dari Luar” dibawahnya tertanda restoran Gili Nanggu Resort. Menginap di sini kita mendapatkan sarapan gratis mie atau nasi goreng, nah untuk makan siang dan malamnya ada sebuah restoran yang selalu siap untuk memanjakan lidah kita. Namun seperti di pulau-pulau pada umumnya harganya sangat mahal, bahkan bisa dibilang sangat mahal bagi backpackerseperti saya yang terbiasa makan di warung pinggir jalan, ditambah lagi harga-harga yang tertulis di menu tidak temasuk pajak 15% yang harus dibayar kepada pemerintah. Namun karena kali ini bukan dalam rangka backpacking tak masalah lah sekali-kali makan dan tidur di tempat yang mahal, backpackerkan bukan berarti tak punya uang.
Ketika makan malam semua tamu berkumpul di restoran, ternyata hanya kita yang menjadi “Turis” domestik disini, sisanya bule semua. Namun besok harinya ketenangan sedikit terusik ketika datangnya sekelompok anak muda loegue yang sok-sokan ngomong pakai Bahasa Inggris dan berisiknya bukan main, orang restoran pun sampai tersenyum melihat tingkah mereka “Biasaaa…” katanya kepada kami. Mungkin ini lah yang menyebabkan ada diskriminasi di sebagian resort di Indonesia yang tidak memperbolehkan tamu dari Indonesia, karena bisa merusak ketenangan atau malah mengganggu tamu lain yang sedang mencari ketenangan di resort mereka.
Tak ada yang bisa dilakukan di pulau ini di malam hari selain rebahan di tepi pantai sambil memandangi bintang dilangit yang bersinar terang. Bahkan kata bapak Polisi yang berjaga di Pulau ini sering malam hari dia terkejut karena melihat ada tas tergeletak di atas pasir, ternyata tak jauh ada bule yang lagi tidur hanya beralaskan kain, bahkan mereka tak jarang mereka tidur di sana sampai pagi.
Akhirnya rasa penasaran saya terhadap siapa yang kurang kerjaan menggantung botol-botol bekas di pohon di sepanjang pantai terjawab juga, botol ini diikatkan dengan batu-batu karang mati yang sudah mengeras, sehingga bergemericing ketika ditiup angin sehingga menimbulkan melodi yang memecah kesunyian pulau ini.
Ternyata ini memang kerjaan orang yang kurang kerjaan, Polairut yang kebetulan bertugas menjaga Gili Nanggu dan sekitarnya bercerita tentang kebosanannya di pulau ini. Kerjaannya hanya makan, duduk dan berkeliling setiap harinya sehingga untuk mengusir kebosanan dia memasang botol-botol itu di sepanjang pantai, bahkan katanya dia juga melakukan hal yang sama di Gili Trawangan. Bagaimana tidak bosan kalau setiap hari yang dilihat hanya pantai dan laut saja, berbeda dengan kita yang jarang melihat laut berada di tepi pantai akan menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan.
Pagi-pagi kita sudah bersiap untuk melihat keindahan bawah laut Gili Nanggu yang katanya masih terjaga. Namun menurut saya terumbu karang disini sudah banyak yang rusak, entah karena wisatawan yang kurang sadar akan kelestarian terumbu karang yang hanya tumbuh beberapa sentimeter pertahun atau karena illegal fishing dengan bom dan potas yang dulunya sering dilakukan nelayan disekitar pulau ini.
Yang menjadi hiburan ketika snorkeling di pulau ini adalah ikannya yang banyak, apalagi ketika kita snorkelingsambil membawa remah roti, ikan-ikannya akan berkumpul dengan sendirinya mendekati kita. Bagi yang tidak membawa dari rumah bisa membeli remah roti yang sudah dimasukan ke dalam botol seharga Rp. 5.000 di front office.
Bagi yang tidak membawa alat snorkeling juga bisa menyewa di pulau ini, untuk masker seharga Rp. 25.000 tidak termasuk Fin atau kaki kataknya yang juga disewakan dengan harga yang sama, begitu juga dengan life jacket. Selain perlengkapan snorkeling di sini juga diseawakan berbagai sarana bersantai lainya seperti hammockdan perahu kayak.
Di pulau ini juga ada penangkaran penyu yang didapat dari telur-telur mereka yang di temukan di pantai pulau ini atau dibeli dari masyarakat setempat. Ada sebuah tempat khusus untuk merawat mereka, di dalam kolamnya setiap penyu dipisahkan oleh sekat-sekat berdasarkan ukuran tubuh mereka, begitu cukup umur mereka akan dilepaskan ke laut atau ketika tamu ada yang ingin melepaskannya namun dengan terlebih dahulu memberikan donasi.
Dibagian depan pulau dibangun gazebo untuk bersantai, ada juga ayunan yang bisa digantung di pohon yang bisa digunakan oleh para tamu. Menjelang siang tempat ini akan mulai ramai oleh para pengunjung yang datang ke pulau ini sehingga bagi tamu yang ingin bersantai di bagian pulau ini hanya bisa menikmatinya ketika pagi hari sebelum datangnya pengunjung yang akan memenuhi tempat ini.
Di hari ketiga berat rasanya untuk meninggalkan pulau yang serasa milik pribadi ini, namun dompet sudah terkuras dan jadwal penerbangan menuju Surabaya esok paginya tidak memungkinkan terus berada disini. Setelah menelpon kembali Pak Sahar untuk menjemput kita kembali di Gili Nanggu kita kembali membelah ombak menuju Medang setelah sebelumnya mampir sebentar di Gili Sudak untuk bertemu dengan Mas Duta yang sudah membantu banyak dengan informasinya.
*******
Note:
How to get there: Dengan mobil atau motor menuju Gili Nanggu dengan rute Mataram-Lembar-Sekotong-Tawon, namun rute yang lebih murah bisa dengan rute Mataram-Lembar-Sekotong-Medang. Karena dari Medang penyeberangan lebih murah, bisa menghubungi Pak Sahar (087861146616) untuk mengantarkan ke seberang.
Acomondation: Untuk camping sebenarnya lebih enak di Gili Sudak, namun yang tak mau capek dan punya uang cukup bisa menginap di Gili Nanggu Resort, ada beberapa pilihan seperti Standart Cottage, Sea View Cottage dan Bungalow. Untuk harga bisa dipastikan dengan menghubungi pihak resortkarena kabarnya setelah di renovasi akan ada kenaikan harga. No telpon yang bisa dihubungi adalah (081237972299 / 087864582020 / 0370623783) disarankan untuk menghubungi nomor mobile karena langsung orang di pulau yang mengangkatnya, sedangkan telepon rumah adanya di kantor yang berada di Mataram.

Happy Responsible Travel!
Indra Setiawan (Follow @bpborneo)

0 komentar:

Posting Komentar

Support by: Informasi Gadget Terbaru - Dewa Chord Gitar | Lirik Lagu - Kebyar Info
Copyright © 2014 Tourism Alternative Design by SHUKAKU4RT - All Rights Reserved