Sampai di Pelabuhan Lembar saya langsung disambut oleh serombongan calo, ada yang menawarkan tiket bahkan sampai meletakan ke telapak tangan saya yang tentu saja langsung saya lepaskan kembali, namun ada satu orang yang benar-benar gigih mengikuti saya. Karena memang tertarik ingin merasakan bagaimana rasanya naik truk akhirnya saya setuju dia mencarikan truk untuk saya patok dengan harga 100 ribu sampai surabaya. Akhirnya dapat sebuah truk putih yang juga mengarah ke Surabaya, namun ternyata supir truk tadi juga meminta 100 ribu kepadanya,alhasil diapun tak dapat apa-apa.
Dalam Kabin truk |
Selain saya ternyata juga ada tumpangan lain di truk ini, satu orang dengan banyak spare part mesin yang ternyata suku cadang untuk PLN di Flores, yang kedua seorang pemuda yang awalnya tidak saya ketahui asalnya, yang ketiga ada kernet truk serta supirnya yang ternyata orang Bajawa. Jadi total ada 5 orang di dalam bus bermuatan kosong ini.
Naik truk memang butuh kesabaran tinggi, baru beberapa jam berjalan di Pulau Bali kita sudah berhenti di sebuah persimpangan, katanya menunggu bos yang punya truk. Ternyata pemuda yang ikut bersama kita tadi adalah orang pelabuhan yang ikut mengawal truk ini karena tidak bayar di pelabuhan penyebrangan dari Lombok tadi, dan rencananya baru akan dibayar ketika sudah sampai di Bali. Menunggu dan terus menunggu akhirnya kita terdampar disitu sampai pagi, namun bosnya tetap belum datang. Kita melanjutkan perjalanan namun kembali di mampir di terminal penimbangan barang sambil menunggu bosnya datang mengantarkan uang. Sampai tengah hari kita masih belum juga berangkat, salah seorang tadi akhirnya pindah ke mobil lain karena tidak sabar menunggu.
Begitu melanjutkan perjalanan masalah kembali datang, ban kiri depan tiba-tiba berasap tebal. Beberapa kali kita harus berhenti untuk menyiram ban dengan air untuk mendinginkannya.
Menjelang sore kita kembali istirahat makan di sebuah warung di di daerah Tabanan, saya menyempatkan juga untuk bermain-main ke pantai yang berada di seberang jalan. namun pasirnya yang berwarna hitam dan berombak besar mambuat saya tidak berlama-lama disana.
Pak Willy, supir truk beruang putih ini mengatakan kita akan berangkat sesudah magrib, namun sampai malam menjelang kita masih berada disana. Ternyata masalahnya sama seperti kemaren,dia tidak punya uang untuk menyeberang. Dia berkata ingin meminjam uang kepada saya dan akan dibayarkan setibanya kita di Kota Surabaya. Namun karena saya tidak membawa uang sehingga saya tidak bisa memenuhi permintaannya, selain itu walaupun ada uang mungkin saya juga tidak akan meminjamkannya karena sudah terlanjur tidak percaya.
Kalau tidak ada yang dikejar di Surabaya mungkin saya masih bisa bersabar, namun acara Wisuda pacar saya di Surabaya harus saya hadiri. Karena tidak ada juga tanda-tanda akan berangkat sayapun mencoba untuk mencegat bus di pinggir jalan, namun tak ada satupun yang mau berhenti, saya makin gelisah.
Warung makan tempat kita berhenti sekarang memang menjadi tempat persinggahan para supir truk, sayapun mencoba untuk mencari peruntungan lain dengan ngobrol-ngobrol dengan supir-supir lain. Akhirnya seorang supir bersedia membawa saya namun harus minta izin dulu dengan supir yang terdahulu, tidak enak katanya.
Menuggu antrian di pelabuhan |
Namun tetap saja kita tidak berangkat cepat, dari yang awalnya akan berangkat tengah malam, kemudian katanya pukul 3 pagi sampai saya tidak bisa tidur karena menunggu yang tak pasti disamping memikirkan yang di Surabaya. Pukul 7 pagi akhirnya kita berangkat meninggalkan tempat ini setelah tertahan selama satu malam disini dan melanjutkan perjalanan menuju Pulau Jawa.
Di Banyuwangi kita kembali berhenti di sebuah warung, setelah sekitar 2 jam beristirahat perjalanan kembali dilanjutkan. Selama perjalanan saya lebih banyak tidur di jok belakang yang panjang dan memang sengaja dibuat dalam truk-truk besar jenis ini untuk beristirahat. Truk yang berjalan lambat karena bermuatan dan beriringan dengan satu temannya membuat saya makin gelisah dan pasrah dengan apa yang akan terjadi.
Tau akan berhenti lagi di Probolinggo sayapun bertanya apakah kita lama berhenti di sini, ternyata akan berhenti lama lagi dan sayapun memutuskan untuk turun dan melanjutkan perjalanan lagi dengan Bus. Hingga akhirnya menjelang sore barulah tiba di kota Surabaya. Total 3 hari yang harus saya jalani untuk sampai di Kota Surabaya dari Pulau Lombok yang seharusnya bisa ditempuh hanya dengan 1 hari perjalanan. So, yang mau juga ngerasain sensau naik truk harus siapkan estimasi waktu dua kali lipat dari yang biasanya dan sabaaaar.
Happy Responsible Travel!
Indra Setiawan (@bpborneo)
0 komentar:
Posting Komentar