Tourism Alternative

(Raja Ampat #3) Menikmati Eksotisnya Teluk Kabui

https://tourismalternative.blogspot.com/2012/10/raja-ampat-3-menikmati-eksotisnya-teluk.html

Baca Catper Sebelumnya di Sini.
Sesuai rencana hari ketiga saya di Raja Ampat adalah eksplor Teluk Kabui dan sekitarnya, setelah sehari sebelumnya nego transportasi dari Saleo untuk island hopping kita sepakat Rp. 1.000.000, mahal masih mahal memang sebetulnya, apalagi saya saorang diri.
Teluk Kabui
Pukul 6 pagi kami berangkat dari Saleo dengan Long Boat kepunyaan Pak Orgenes Dimara, sebelumnya kita mampir si sebuah pantai untuk memetik buah kelapa untuk bekal kita nanti selama di perjalanan, di dekat lokasi kita singgah ternyata ada mata air tawar yang keluar dari batu dan langsung mengalir kelaut, sambil menunggu Pak Orgenes memetik kelapa kami berjalan-jalan dan berfoto-foto di pantai tersebut.
Setelah melewati Desa Saporkren tampaklah dikejauhan tiga buah pulau yang menjadi pintu masuk Teluk Kabui, setelah masuk di antara dua pulau yang nampak tertutup dari luar kita tiba di sebuah teluk luas yang berair biru ditambah langit biru yang menaunginya merupakan pemandangan yang sempurna.
Perjalanan menuju Teluk Kabui
Di tengah-tengah tampak beberapa perahu nelayan dan disekelilingnya banyak burung-burung yang berwarna putih berterbangan rendah. Setelah kami mendekat ternyata terlihat ikan-ikan camar tadi melayang rendah di permukaan laut untuk menunggu mangsanya, tampak sekali di sini ikanya sangat banyak berloncatan ke permukaan, dan inilah yang disabar oleh burung-burung tadi.
Nelayanpun tak ingin kalah, mereka melepaskan pancing mereka sambil ditarik dengan perahu dan uniknya pancing mereka tidak dengan umpan, hanya beberapa mata kail yang diikatkan di senar pancingnya dan ketika mereka menariknya melewati kumpulan ikan saat itulah mereka memperolah tangkapan merekan, ikan-ikan tersebut nyangkut di mata kail mereka.
Kamipun juga melepaskan mata kail ke laut namun setelah berkeliling mengikuti kumpulan ikan tak satupun ikan yang nyangkut di mata kail kita. Dan akhirnya kita memutuskan untuk membeli dari salah satu nelayan tersebut..:-D
View Teluk Kabui
Sialnya ternyata baterai camera saya sudah low dan tak lama lagi akhirnya mati dengan sendirinya, tapi untungnya ka Inyong membawa cameranya yang sama persis dengan yang saya punya, sehingga bisa saya pinjam batrainya untuk dipakai dicamera saya.
Setelah itu kita menuju pinggiran teluk yang tampak hanya seperti tepian biasa, namun ketika mendekat barulah terlihat bahwa tepain tersebut terdiri dari pulau-pulau kecil yang Indah. Inilah kenapa orang-orang menyebut Kabui sebagai miniature Wayag karena mempunyai pulau-pulau kecil yang menyembul dari laut seperti labirin raksasa.
Terdampar
Di salah satu pulau kecil yang agak dangkal ada sebuah lobang yang tak tampak dasarnya, katanya ini adalah sarang Hantu Laut, agak berdebar juga saya namun penasaran untuk melihatnya.  Ternyata yang mereka sebut hantu laut tersebut adalah Giant Octopus, namun ketika kami mendekat tak ada lagi gurita disana, mungkin sudah mati karena terkurung ketika airnya sudah dangkal ataupun sudah lari kelaut.
"Backpacker Borneo Were Here"
Selanjutnya kita menyusuri labirin diantara batu-batu karang besar, yang dari jauh tampak rata dan ketika sudh dekat ada celah yang bisa kita masuki. Tebing-tebing kapus yang berwarna putih juga membuat kita serasa berada di dimensi lain. Di sebuah batu besar kita juga naik ke atas untuk foto-foto dan melihat pemandangan dari atas yang cukup bagus, sayangnya tak ada pulau yang cukup tinggi untuk melihat keseluruhan yang bisa kita naiki seperti di Wayag karena batunya runcing dan tajam, sandal biasa akan tembus kecuali dengan yang bersol keras.
sepanjang jalan
Ketika melewati tempat yang dangkal kita bisa melihat dasarnya dengan jelas saking beningnya air di teluk ini, sayangnya tidak ada spot snorkeling di bagian teluk ini karena tidak berarus, kita harus ke bagian luar untuk menemukan terumbu karang yang banyak.
Pulau-pulau tersebut ada yang bagian bawahnya bisa dimasuki oleh perahu kecil untuk berteduh seperti atap dan ketika kita mencoba masuk ke dalamnya ternyata batu dibagian atas tidak terlalu tajam, mungkin karena terlalu sering terkena air laut.
Batu Pinsil
Beberapa pulau ada yang kecil yang bisa kita naiki, saya mencoba naik ke atasnya. Batunya lumayan tajam dan ketika perahu menjauh terasa bagai terdampat di pulau yang mungkin hanya akan bertahan beberapa hari karena tidak ada yang bisa diminum atau dimakan. Dan salah satu ikon di teluk kabui ini adalah Batu Pinsil, salah satu batu yang menonjol ke atas berbentuk runcing seperti ujung parang manado.
Di diantara pulau-pulau mungit tadi juga ada goa-goa yang Indah, yang pertama kita kita hanya di mulut goanya saja karena naiknya harus naik ke atas tebing. Yang kedua adalah goa yang besar yang bernama Goa Walet/Sariti, untuk masuk ke sini kita harus berjalan diatas air kerena mulut goanya yang berada separohnya terendam air. Kalau air pasang mungkin kita tidak dapat masuk karena dari luar saja tidak terlalu tampak.
Goa Walet
Di dalamnya tampak seperti aula besar dan tembus keluar dibagian atas pulau, seperti goa pada umumnya goa ini juga memiliki stalagtit dan stalagnit yang menpercantik keindahan goa ini, ketika didalam kita juga bertemu kelelawar yang sangat terbang, dia terbang ketika kita masuk ke dalam. Dan yang paling unit adalah stalagnit yang berada di bagian tengah, pengaruh tetesan air kapur dari atas membentuk sebuah batu yang berbentuk seperti kemaluan laki-laki yang berdiri tegak.
Setelah dari Goa Sariti tampaknya langit mulai mendung dan dikejauhan tampak hujan telah turun, dan betul saja ketika kita mulai menyeberang gerimis mengiringi kepergian kita, untungnya semua barang sudah diamankan kedalam dry bag.
Pintu Masuk Goa Walet
Selanjutnya kita mampir dikampung orang-orang Buton, mereka membuat rumah-rumah mereka di pinggir tebing dan naiknya harus pakai tangga kecil, di samping rumah-rumah mereka tampak tempat untuk menjemur mengeringkan ikan. Dan kita mampir di pulau yang agak tepisah bermaksud untuk membeli sedikit ikan kering ternyata satu plastic besar diberikan secara Cuma-Cuma oleh bosnya. Ikan kering yang kita minta adalah ikan teri yang kecil-kecil sehingga enak langsung dimakan tanpa harus dimasak terlebih dahulu.
Kampung Buton
Karena matahari sudah di atas ubun-ubun selanjutnya kita mampir disebuah pulau kecil yang mempunyai pantai berpasir putih, taka da rumah disini hanya ada tempat untuk peristirahatan para nelayan yang kebetulan lewat disini. Sembari menunggu ikan yang kita beli tadi dibakar kita snorkeling di depan pulau dulu.
View bawah laut di Pulau Uray kecil ternyata juga lumayan bagus, ikannya kecil-kecil namun jumlahnya sangat banyak, saya juga bertemu dengan gurita yang samar-samar tidak terlihat karena warnanya hamper sama dengan terumbu karang yang ada didekatnya. Walaupun terumbu karangnya sebenarnya masih luas namun ketika sampai di ujung pantai saya menyudahi pertualangan bawah laut disini karena kalau diteruskan terlalu berarus dan bahkan saya hamper ditabrak oleh perahu yang lewat dan untungnya sya berteriak sehingga mereka memutar arah. Sayangnya ketika keluar dari air saya melihat beberapa sirip Hiu yang dijemur diatas kayu, ternyata mereka masih saja menangkat ikan hiu yang siripnya dijual mahal tersebut.
Karang di pulau Uray Kecil
Sirip Hiu..:-(
Ikan yang kita bakar tadi ternyata sudah masak, dan kitapun langsung membuka perbekalan nasi yang kita bawa dan ditemani sambal buah-buahan kita menikmati makan siang di atas pasir dengan beralaskan daun dan air minumnya air kelapa muda yang manis, ah inilah yang disebut dengan nikmatnya dunia.
Satu ekor ikan ludes kami lahap sampai kekenyangan, akhirnya karena terbuai angin disamping perut yang kekenyangan kita merebahkan diri di atas pasir. Hampir saja saya ketiduran kalau sinar matahari yang terkena wajah saya, kembali mencari posisi yang nyaman saya kembali merebahkan diri karena melihat disamping saya sudah terbuai mimpi.
Harmoni Alam
Setelah cukup istirahat kamipun melanjutkan ke spot untuk snorkeling selanjutnya yaitu Batu Lima, spot ini lumayan menantang karena kita akan berenang diantara dua karang yang berarus dan berombak, yang bagusnya disini banyak bunga karang yang berwarna merah dan kita menyelam dibawah karang hingga tembus kesebelahnya benar-benar memacu adrenalin. Ikan-kannya juga lumayan banyak apalagi yang kecil-kecil seperti ujung lidi yang bergerombol mengikuti saya.
Sepuasnya bermain arus kita melanjutkan lagi pertualangan bawah air kita ke Freewen Bonday, sebelum menceburkan diri kita terlebih dahulu melihat kemana arah arus air, dan ternyata di sekitar pulau ini arusnya keluar dan kita memulai penelusuran dari ujung pulau mengikuti arah arus air.
Snorkeling time..!
Dan ternyata disini spot yang paling rapat diantara tempat-tempat sebelumnya, kebanyakannya berjenis karang lunak dan rapat, kita berenang tepat dibawah tebing dan kadang-kadang ke wallnya yang curam ke arah laut hingga kelihatan gelap biru saking dalamnya. Akhirnya batrai kedua kami habis lagi dan kali ini saya hanya konsontrasi menikmati taman lautnya tanpa diribetkan oleh camera, walau sebenarnya menyesal juga karena disini lebih bagus untuk tempat fotonya.
Sampai diujung pulau saya harus bersusah payah melawan arus untuk mencapai daerah yang berpasir untuk beristirahat menunggu perahu kami datang mejemput, sebenarnya saya masih ingin melanjutkan penelusuran dari sisi lain pulau ini.
Namun matahari yang semakin dekat dengan peraduannya membuat saya harus mengurungkan niat ini. Diiringi oleh matahari terbenam kita kembali ke pantai saleo membawa sejuta kenangan akan keindahan Teluk Kabui dan sekitarnya.
(BERSAMBUNG DI SINI)

0 komentar:

Posting Komentar

Support by: Informasi Gadget Terbaru - Dewa Chord Gitar | Lirik Lagu - Kebyar Info
Copyright © 2014 Tourism Alternative Design by SHUKAKU4RT - All Rights Reserved